Tertarik Motret Model, Belajarlah Pada 1 butir Telur


Bila mempunyai sebutir telur di dapur, ambil dan letakkan di dekat jendela. Amati cahaya dan bayangan yang jatuh pada telur tersebut. Lalu potretlah dengan cahaya dari depan telur (front light)) dari samping (side light) dan dari belakang (back light).

Pada cahaya depan (arah cahaya dari belakang kamera), telur terlihat sempurna karena tidak ada bayangan yang mendistorsi subjek. Warna telur juga keluar seperti apa adanya. Kelemahannya, front light kurang menonjolkan tekstur dan terasa datar. Kesan timbul (emboss) sangat minim.

Pada telur kedua, cahaya dan bayangan berbagi bidang. Sisi yang menghadap cahaya terlihat terang dan yang memunggungi lebih gelap. Gradasi antara gelap dan terang mempunyai eksposure yang menarik, bergerak dari putih menuju abu-abu dan berakhir di titik keseimbangan yang menarik.

Efek bayangan tersebut menonjolkan karakter, tekstur, relief dan teknik emboss yang lebih kuat daripada cahaya depan. Kelemahannya, cahaya samping ini mendistorsi warna secara umum: apakah telur tersebut berwarna coklat, putih atau gelap.

Bagaimana dengan telur ketiga yakni dengan cahaya dari belakang (dari depan kamera)? Permukaan telur terlihat lebih flat, kurang emboss serta warna yang lebih gelap dari aslinya. Namun semburat cahaya yang jatuh di 'punggung' telur menonjolkan bentuk (shape) telur dengan detil apik.

Telur keempat merupakan cahaya samping dengan dipantulkan oleh pemantul (reflektor) sehingga bayangan yang muncul pada telur kedua sedikit hilang. Seakan-akan telur mempunyai 2 sumber cahaya yakni dari kiri dan kanan dan membantu telur untuk tampil lebih berdimensi dan jauh dari kesan monoton.

Dengan memahami sebutir telur, bagaimana jika dipraktikan memotret model? Pada contoh foto pertama (front light) warna bedak, make up, gincu, eye shadow, anting dan kontak lens terekspose dengan apik. Namun wajah model terasa datar (tekstur minim) jika dibandingkan dengan foto kedua berupa penari cilik.

Pada foto penari cilik dengan side light, teksture terlihat sempurna membentuk 'relief' dengan kesan 3 dimensi yang lebih kuat. Di foto ketiga, tekstur tidak solid namun bentuk rambut model terasa lebih kuat. Dan pada foto keempat, foto portrait tersebut bisa kehilangan karakter dan berakhir sia-sia jika tidak ada cahaya reflektor dari sisi kanan,


Bagaimana bila bayangan telur itu dipraktekan untuk memotret yang lebih serius? Hasilnya terlihat pada contoh foto 3 model yang dikolase jadi satu. Masing-masing foto mempunyai pencahayaan yang berbeda dari 3 arah cahaya yang tidak sama. Ketiganya tidak bisa diurut mana yang lebih baik namun mempunyai plus-minus tersendiri.

Begitu pula pada contoh 3 publik figur yang dikolase dengan 3 arah cahaya yang berbeda. Foto paling kiri yakni Menteri Pendidikan Anies Baswedan (bakc light), yang di tengah merupakan Presdir Blue Bird Group Noni Purnomo (front light) dan paling kiri yaitu Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir (side light). Terlihat arah dan sumber cahaya ikut menentukan karakter dan penokohan seseorang, bukan?.


Dengan memaksimalkan perbedaan arah cahaya dengan mengandaikan seseorang sebagai 'sebutir telur' adalah salah satu jalan memahami teknik lighting dengan cerdik. Yakni bagaimana menangkap karakter dan kepribadian subjek secara akurat namun tetap sesuai kebutuhan dan citarasa fotografer.

Sumber : http://inet.detik.com/